1. Andy F. Noya
Pimpinan redaksi Metro TV ini belum lulus sarjana loh, itu adalah
satu hal yang menarik, Andy sebenarnya adalah orang teknik. Sejak lulus
SD Sang Timuwa Timur, pria kelahiran Surabaya ini sekolah di Sekolah
Teknik Jayapura lalu melanjutkan ke STM Jayapura. “Tetapi sejak kecil
saya merasa jatuh cinta pada dunia tulis menulis. Kemampuan menggambar
kartun dan karikatur semakin membuat saya memilih dunia tulis menulis
sebagai jalan hidup saya,” tutur Andy.
2. Adam Malik
Ternyata orang yang dikabarkan menjadi Agen CIA ini gak pernah ngenyam bangku sekolah.
Di masa penjajahan Jepang Beliau sangat aktif dalam gerilya gerakan
pemuda untuk merebut kemerdekaan, karir pemerintahan beliau dimula pada
masa Presiden Sukarno, pada waktu itu beliau diangkat menjadi duta besar
Uni Soviet dan Polandia.
Pada era Orde Baru, Adam Malik ditunjuk Presiden Soeharto menjadi
Menteri Luar Negeri RI, beliau sangat terkenal akan kepiawaennya dalam
berdiplomasi, kata-katanya yang terkenal dan sering terucap adalah
“Semua Bisa Diatur”. Tahun 1977, ia terpilih menjadi Ketua DPR/MPR.
Kemudian tiga bulan berikutnya, dalam Sidang Umum MPR Maret 1978 beliau
terpilih menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia yang ke-3
menggantikan Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
3. M. H. Ainun Najib
Emha Ainun Najib hanya tiga bulan kuliah, Pendidikan formalnya hanya
berakhir di Semester 1 Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM).
Sebelumnya dia pernah ‘diusir’ dari Pondok Modern Gontor Ponorogo karena
melakukan ‘demo’ melawan pemerintah pada pertengahan tahun ketiga
studinya, kemudian pindah ke Yogya dan tamat SMA Muhammadiyah I.
Selebihnya Beliau jadi pengembara ilmu di luar sekolah hingga dia bisa
jadi manusia dengan bermacam sebutan (multifungsi).
4. Ajip Rosidi
Dengan tak mau mengikuti ujian akhir SMA nya. Dia menolak ikut ujian
karena waktu itu beredar kabar bocornya soal-soal ujian. Dia
berkesimpulan bahwa banyak orang menggantungkan hidupnya kepada ijazah.
“Saya tidak jadi ikut ujian, karena ingin membuktikan bisa hidup tanpa
ijazah”. Dan itu dibuktikan dengan terus menulis, membaca dan menabung
buku sampai ribuan jumlahnya. Walhasil sampai pensiun sebagai guru besar
tamu di Jepang, Dia yang tidak punya ijazah SMA , pada usia 29 tahun
diangkat sebagai dosen luar biasa Fakultas Sastra Universitas
Padjadjaran. Lalu jadi Direktur Penerbit Dunia Pustaka Jaya, Ketua Ikapi
Pusat, Ketua DKJ dan akhirnya pada usia 43 tahun menjadi profesor tamu
di Jepang sampai pensiun.
Berikut Sejarah Pendidikan Beliau :
- Sekolah Rakyat 6 tahun di Jatiwangi (1950)
- Sekolah Menengah Pertama Negeri VIII Jakarta (1953)
- Taman Madya, Taman Siswa Jakarta (1956, tidak tamat)
5. Andrie Wongso
Anak ke-2 dari 3 bersaudara ini terlahir dari sebuah keluarga miskin
di kota Malang. Di usia 11 tahun (kelas 6 SD), terpaksa harus berhenti
bersekolah karena sekolah mandarin tempat andrie kecil bersekolah
ditutup. Maka SDTT, Sekolah Dasar Tidak Tamat, adalah gelar yang
disandangnya saat ini. Masa kecil hingga remajanya pun kemudian dilalui
dengan membantu orang tuanya membuat dan berkeliling berjualan kue ke
toko-toko dan pasar.
6. Purdi E Chandra
Sosok Purdi E. Chandra kini dikenal sebagai pengusaha yang sukses.
Lembaga Bimbingan Belajar (Bimbel) Primagama yang didirikannya bahkan
masuk ke Museum Rekor Indonesia (MURI) lantaran memiliki 181 cabang di
96 kota besar di Indonesia dengan 100 ribu siswa tiap tahun.
Bukan suatu kebetulan jika pengusaha sukses identik dengan kenekatan
mereka untuk berhenti sekolah atau kuliah. Seorang pengusaha sukses
tidak ditentukan gelar sama sekali. Inilah yang dipercaya Purdi ketika
baru membangun usahanya.
Kuliah di 4 jurusan yang berbeda, Psikologi, Elektro, Sastra Inggris
dan Farmasi di Universitas Gajah Mada (UGM) dan IKIP Yogya membuktikan
kecemerlangan otak Purdi. Hanya saja ia merasa tidak mendapatkan apa-apa
dengan pola kuliah yang menurutnya membosankan. Ia yakin, gagal meraih
gelar sarjana bukan berarti gagal meraih cita-cita. Purdi muda yang
penuh cita -cita dan idealisme ini pun nekad meninggalkan bangku kuliah
dan mulai serius untuk berbisnis. Kini kabarnya Purdi E. Chandra
sekarang sudah ada lebih dari 500 cabang Primagama di seluruh indonesia.
7. Hendy Setiono
Hendy Setiono (kebab Baba Rafi) mengawali usaha tahun 2003 di
Surabaya. Modalnya hanya Rp 10 juta atau sebuah gerobak burger. Kini
bisnisnya berkembang pesat dengan menu makanan utama kebab serta
santapan ala koboi (burger serta hotdog). Jumlah cabangnya setiap tahun
terus bertambah. Terakhir, terdapat 140 outlet tersebar di beberapa kota
di Indonesia, antara lain Batam, Bali, Bandung, Banjarmasin, Malang,
Gresik, Jember, Kediri, Lampung, Padang, Makasar, Medan, Pasuruan, Pekan
Baru, Karawang, Surabaya, Sukabumi, Semarang, Sidoarjo, Tasikmalaya,
Jogjakarta, dan Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar